Friday, October 30, 2009

Printer baru

Enaknya tinggal di Indonesia, semua ada! begitu gumam saya dalam hati sewaktu jadi mengambil sebuah printer laser Samsung. Saya mengagumi kreativitas dan kemajuan bisnis teknologi di Indonesia dimana sejak beberapa tahun sudah tidak saya ikuti dengan rinci.

Saturday, August 1, 2009

Di Phuket

Tom Yam Kung asli (foto atas)


lalapan Phuket. sambelnya aneh banget, bau, tapi enak juga.
Nasi goreng Phuket
salak Thailand, berbulu dan rasanya seperti salak busuk. berduri, sehingga buka lebih sulit
pemandangan dari hotel Thavorn Grand Plasa

Di Bangkok

Setelah 11 jam terbang dari Roma, akhirnya sampai juga di Bangkok. Wow bandaranya besar sekali, yang dibangun tahun 2006 menggantikan bandara Dong Muang. Tiba di bangkok pukul 15 waktu setempat sambil menunggu penerbangan pukul 21.45 ke Phuket. Daripada bengong mendingan jalan2 sebentar ke kota. Saya naik bis AE2 seharga 150 Baht dari luar bandara yang jalan setiap 1-2 jam. Barang dititip di bandara seharga 100 baht per-barang, gak peduli besar kecil.

Bangkok kesan pertama seperti Jakarta dikawinkan dengan kota Yogya dan Karimun di Propinsi Kepri. macet juga dimana2 tapi polusi tidak terlalu terasa seperti di Jakarta. satu hal lebih baik juga adalah trotoar dimana2 dan orang2 bisa berjalan. taksi warna-warni: merah muda, hijau, merah, biru, dll. Bis kota keliatan lebih jelek daripada Jakarta atau minimal sama jeleknya. Tapi jalan tol sangat bagus dan menghubungkan kedaerah dibagian selatan.

Saya berhenti di bagian akhir perjalanan dekat grand palace, tapi susah sekali mengenali nama karena sebagian besar dalam tulisan Thailand. Saya punya waktu sekitar 2 jam untuk jalan2. Saya putuskan rute dalam radius 1 km saja dan jalan menuju satu jalan yang ramai sekali dengan turis mancanegara.

sambil makan kwetiaw yang dijual dengan gerobak (25 Baht), kemudian mie pangsit (35 Baht). kwetiaw sucks, mie pangsit lumayan. kemudian saya ambil bis pkl. 19.00 kembali ke Bandara Suvarnabhumi untuk mengambil pesawat ke Phuket.

Pulang ke Indonesia

Setelah beberapa kali melakukan pencarian tiket murah di internet plus beberapa pertimbangan terutama harga tiket yang meroket di Bulan Juli dan Agustus maka saya memutuskan pulang ke Indonesia melalui Thailand sekalian jalan2. Pesan tiket di www.blu-express.com yang dikenal sebagai penerbangan murah milik Italia. Jurusan Roma-Bangkok sudah saya pesan dan tanggal 28 Juli siap terbang pukul 22.40 dari Bandara Fiumicino (Leonardo da Vinci).

Kejadian mengesalkan waktu jalan dari rumah ke stasiun Pavona, Castel Gandolfo. Koper lengannya patah!! jadi saya cari cara untuk bisa bawa koper tersebut ke bandara. Sudah mencoba memasang patahan namun gagal. Akhirnya saya mencoba menjangkau supermarket terdekat berjarak sekitar 200 m. walaupun dekat namun rasanya mau mati karena koper saya gerek dengan tangan dengan berpegangan pada resleting yang terbuka. Tangan rasanya mau patah, ditambah dengan udara panas di Roma dan kecapean..

Di dekat perempatan Pavona ada supermarket Todis. Masuk kedalam ternyata hanya ada satu jenis koper dan lebih kecil dari koper saya.!! kasir mengatakan tidak ada yang lain selain itu. Terpaksa saya ambil dengan harga €39,99, sial banget karena mau hemat untuk urusan yang tidak penting.

Di parkiran saya pindahkan baju satu persatu ke koper baru tersebut.
awwww..........cabe deeee..

Pengalaman ke dokter gigi Italia (4)-habis

Setelah sekitar 2 minggu setelah operasi pencabutan, janji pertemuan untuk root canal datang. Perjanjian kali ini selalu dilakukan dengan asisten tunggal di rumah praktek tersebut, Claudio.

Pertemuan dengan drg. Saba dengan satu orang drg wanita muda yang terlihat sedang dilatih oleh drg. Saba dengan beberapa instruksi dan contoh dari drg. Saba. Seram juga sih dikerjakan oleh orang baru...

Root canal dilakukan sekitar hampir 3 jam dengan proses yang rumit. Yang saya ingat adalah drg tersebut berusaha mengukur kedalaman gigi (akarnya) yang berjumlah tiga lubang dengan alat ukur mirip tusuk gigi kecil. Setelah selesai baru ditanamkan logam kedalam lubang tersebut.

biaya €300.


setelah selesai root canal, 2 minggu kemudian bertemu kembali drg. Frigieri untuk tambal akhir.
dia juga menyarankan melakukan "crown" karena gigi yang di "root canal" dianggap sudah mati dan risiko patah. estimasi biaya dengan diskon €500 euro, katanya biasanya dokter gigi menarik €700 dari pasien.

biaya tambah dengan drg. Frigieri €15o.



alamat studi dentisco
Dr. orazio saba
Dr. Francesco saverio saba
Dott.ssa Valentina saba

Via bergamo, 7, sc.A int. I-I°
Roma 00187
telp: 06 853 54259

Pengalaman ke dokter gigi Italia (3)

Setelah berhasil melakukan kontak janji dengan teman drg. Frigieri, pertemuan diadakan 2 minggu setelah pertemuan dengan drg. Frigieri.

Pertemuan kali ini adalah dengan drg. Saba. Ternyata dari daftar dokter gigi disana ketahuan bahwa yang praktek disini adalah keluarga Saba, dengan 3 orang dokter gigi yang bermarga Saba.

Tempat praktek drg.Saba lebih besar sedikit dari tempat praktek drg. Frigieri tapi terlihat lebih banyak ruangan dan peralatan yang lebih canggih plus ruang tunggu yang berukuruan 5x5 meter.

Di ruang tunggu ada 3 pasien Italia lainnya. Setelah sekitar 30 menit menunggu akhirnya giliran saya yang dipanggil. Di ruang praktek, saya diharuskan melakukan foto fisiologi di ruang depan. woww..cara fotonya adalah dengan berdiri dan menggigit sesuatu, kemudian ada alat pemindai yang bergerak mengelilingin kita. Hasil akhirnya adalah: pemandangan struktur gigi dalam 360°. Di foto rontgen tersebut terlihat struktur gigi lengkap pada foto ukuran A3. Terlihat juga bayi gigi yang tumbuh didalam gusi dekat graham kiri bawah.

Akhirnya diputuskan untuk melakukan operasi pencabutan!!!.....
sedikit menakutkan, apalagi didalam gusi..tapi tetap harus dilakukan.!!!

Dokter Saba muda melakukan suntikan bius lokal dan dibiarkan sekitar 3 menit. Mulut terasa keluh tapi masih bisa merasakan sesuatu: saya jadi ragu apakah nanti tidak sakit kalau dioperasi??!!!

sekitar 30 menit kemudian, saya siap dioperasi yang dikerjakan oleh drg muda dibantu drg. Saba senior. Saya tidak ingat namanya, mungkin juga dari keluarga Saba..

Operasi pengambilan gigi melalui gusi bagian dalam, dibelah dan kemudian gigi dicabut paksa. terasa dicabut giginya tapi tidak terlalu sakit namun saya minta tambahan bius karena selang 10 menit operasi terasa sakit. dalam waktu sekitar 20 menit gigi kecil berhasil dicabut!!
mungkin darah mengalir tapi saya tidak dapat melihat jelas. Lidah saya mencoba merasakan lewat gusi dalam, dan ternyata sudah hilang tonjolan dari dalam gusi yang saya rasakan sebelumnya...

Operasi selesai. Biaya pemotretan € 40 euro dan pencabutan €250. Pertemuan berikutnya dijadualkan sekitar 1-2 minggu untuk melakukan "root canal".

Thursday, July 2, 2009

Unduhan buku-buku Buddhis

Barusan nemu di internet dari link seorang teman di facebook. Ternyata di situs ini banyak buku bagus tentang buddhisme yang bisa diunduh gratis. situsnya bernama forest dhamma books.

Pengalaman ke dokter gigi Italia (2)

Setelah beberapa kali mencoba melakukan kontak dengan drg. Palma yang berpraktek dekat bandar udara Ciampino namun tidak berhasil karena dokter tersebut hanya praktek di sore hari mulai pkl. 15.00- 19.00. Setiap kali menelepon selalu sibuk atau tidak diangkat, satu dua kali diangkat oleh asistennya dan ketika ditanya kapan bisa membuat jadual dengan drg. Palma, ia selalu mengatakan telepon kembali sebentar lagi atau besok karena drg.Palma sedang ada pasien.
Frustasi dengan kejadian yang berulang-ulang, saya mencoba mencari lewat google. Tentu dengan dokter gigi yang bisa berbahasa Inggris karena khawatir dengan istilah yang tidak saya mengerti dalam bahasa Italia.

Setelah berhasil dengan google dan menemukan beberapa kontak, beberapa kali telepon akhirnya jatuh ke drg. Francesco Frigieri yang beralamat di Via Velletri, 24, 00198 Roma (RM), telp. +39 06 8551843. Tempat praktek drg. Frigieri mudah dijangkau dengan bis dari stasiun Termini yang hanya memakan waktu kira-kira 10 menit.

Setelah berhasil melakukan kontak janji dengan drg. Frigieri akhirnya akan bertemu pertama kali dengannya. Kesan pertama dengan dokter ini adalah sikap yang sangat "Italia" dengan gestur dan cara bicara orang Italia. Walaupun tercantum dalam internet sebagai dokter yang bisa berbahasa Inggris tetapi kemampuan berbahasa Inggrisnya masih pas-pasan namun tidak menjadi kendala dalam komunikasi.

Tindakan dan prosedur yang dilakukan oleh drg. Friegieri lebih kompleks dari dokter gigi yang pernah saya datangi di Italia. Berbagai macam alat dan bahan yang dipakai belum pernah saya lihat sebelumnya. Namun diimbangi sikap yang terbuka, semua berjalan lancar. Oh ya satu lagi, disini dokter gigi bekerja sendiri tanpa asisten, mungkin kemahalan kali ya...

Setelah lewat sekitar hampir satu jam, drg. Frigieri menemukan bahwa ada gigi tumbuh didalam gusi sekitar gigi nomor 36 (graham pertama bawah sebelah kiri). Dia menganjurkan untuk melakukan "root canal" (atau cura canalare dalam bahasa Italia). Dia kemudian menganjurkan temannya yang lain yang berpraktek tidak jauh dari tempat prakteknya setelah memberikan tambalan sementara pada gigi yang bolong tersebut.

Dia mengatakan setelah selesai root canal saya bisa kembali lagi untuk melakukan tambal. Dia juga mengakui keahlian atau spesialisasi dia adalah gigi untuk kosmetik, bukan beda gigi. Pertemuan pertama tidak dipungut biaya walaupun dengan proses pemeriksaan yang hampir satu jam, sembari mengatakan biaya tambal akan berkisar € 150.

Saturday, June 20, 2009

Pengalaman ke dokter gigi Italia (1)

Ini pertama kali pengalaman saya dengan dokter gigi di Italia. Selama tinggal lebih dari tiga tahun di Roma saya selalu berusaha agar tidak berurusan dengan dokter gigi disini. Alasannya jelas: biaya perawatan pasti sangat mahal bila dibandingkan dengan negara saya sendiri, Indonesia. Saya 3 tahun lalu malah pernah mendengar dari seorang teman Indonesia yang tinggal di Italia yang memiliki teman dari negara Amerika Latin. Teman dia tersebut pulang ke negaranya dan mendapatkan perawatan dari negara asalnya kemudian kembali lagi ke Italia. Alhasil, harga tiket pesawat p.p ditambah dengan biaya dokter masih lebih rendah bila dia harus berobat di Italia..!! Tidak aneh bila dokter gigi di Italia sangat mapan, dan teman saya melanjutkan bahwa kenalan dokter giginya memiliki mobil Ferrari yang harganya melampaui harga rumah standar di Roma.
Makanya setiap kali saya berlibur ke Indonesia pasti saya sempatkan diri untuk ke dokter gigi, apakah untuk cek tambalan, atau melakukan scaling (pembersihan gigi).

Ok..namun 2 bulan lalu tambalan gigi saya sudah tidak baik dan agak menggerus sehingga menimbulkan celah yang bisa berbahaya dan menyebabkan gigi sakit. Satu dua minggu masih bisa bertahan, tapi karena tidak mendapat perawatan maka gusi disamping gigi tersebut menjadi agak bengkak dan terjadi infeksi. Saya berusaha mencoba mencari dokter gigi disini: dari seorang teman Indonesia, Indah, yang juga pernah berobat ke dokter gigi saya dibuatkan janji oleh suaminya. wow.. ternyata sulit sekali berbuat janji dengan dokter gigi disini, hasilnya jadual pertemuan dalam 2 minggu mendatang. Namun pada hari-H saya bersiap pergi kesana dan sudah menunggu lama sekali di halte bis, tapi kok gak muncul2 ya bisnya? wahh...ternyata bis luar kota (cotral) hari ini mogok...sialan..!! akhirnya dipastikan telat ! saya coba kontak ke kantor praktek dan dijawab oleh sekretarisnya..saya coba bilang akan telat sekitar 30 menit-1 jam, itu perkiraan saya kalau saya harus jalan kaki ke stasiun terdekat, pavona, yang memakan waktu 20 menit dan lanjut ke tempat praktek dokter tersebut. Tapi sekretarisnya bilang itu terlalu lama dan harus dibuat jadual ulang. Ok, akhirnya saya buat jadual ulang.

Printer baru

Enaknya tinggal di Indonesia, semua ada! begitu gumam saya dalam hati sewaktu jadi mengambil sebuah printer laser Samsung. Saya mengagumi kr...